Untuk tipe dinamo yang menempel pada roda, berfungsi juga sebagai pengganti tromol. Untuk itu terdapat pilihan untuk rem tipe tromol atau cakram. Yang membedakan lagi adalah diameter hub.
Misal untuk konversi motor listrik dari skutik, tentu saja butuh diameter hub yang lebih kecil agar pas dengan pelek ring 12 inci atau 14 inci.
Sedangkan motor sport bisa pakai dinamo lebih besar, karena pakai pelek ring 17 inci.
Selanjutnya dinamo punya beragam grade yang mempengaruhi kualitasnya. “Ada grade 1 paling rendah sampai grade 3 yang paling tinggi, ada juga yang sampai grade 4. Ini menentukan kualitas, beda elektronik dalamnya, dan beda torsi yang dihasilkan,” rinci Ady Siswanto, punggawa Petrikbike yang biasa mengkonversi motor listrik.
Baca Juga: Berbanderol Hampir Rp 1 Miliar, Ini Deretan Fitur Energica Ego+
BATERAI
Pemilihan baterai disesuaikan dengan kebutuhan, jumlah request dari dinamo dan juga controller. Selanjutnya pemilihan tipe baterai juga dikembalikan ke budget. Saat ini yang baru dipakai dan dikembangkan yaitu SLA, Lithium dan LTO.
“Kecenderungannya orang masih belum begitu paham soal motor listrik, jadi soal maintenance disarankan pakai baterai kering,” ujar Dian. Selain harga ekonomis dan lebih mudah didapat, risikonya pun lebih minim di saat emergency, seperti overcharge.
Beda dengan baterai Lithium maupun LTO, harganya lebih mahal dan resikonya lebih tinggi. Namun, tentu ada harga ada rupa. Baterai Lithium dengan harga lebih mahal punya life cycle lebih panjang.
Misal SLA atau baterai kering kurang lebih 600-800 cycle, Lithium bisa 1.000-1.500 cycle dan LTO bisa di atas 2.000 cycle. Di samping itu ukuran lebih kecil dan ringan, meski harga lebih mahal.
Baca Juga: Skema Cicilan Selis E-Max Lithium, Motor Listrik Imut Banderol Rp 30 Jutaan