Bikin Gerah, Pernah Disikat Habis Jokowi, Pungli Sopir Truk Menggeliat Lagi

Ferdian - Sabtu, 13 Januari 2024 | 18:00 WIB

Pungli terhadap sopir truk kontainer (Ferdian - )

Otomotifnet.com - Sopir truk kontainer dibuat gerah kalau sedang melintas di ruas jalan, salah satunya Jakarta.

Penyebabnya gerombolan orang yang dikenal dengan anak "Asmoro".

Mereka selalu meminta uang tiap kali sopir truk sedang melintas.

Hal ini dirasakan Nurhana (38) sehari-harinya.

Padahal, Presiden Joko Widodo pernah berjanji akan memberantas pelaku pungli saat puluhan sopir truk mendatangi Istana Negara, Jakarta Pusat (8/5/2018).

Jokowi mengaku kaget saat itu.

Pungli terjadi di lintas Sumatera mulai dari Aceh hingga Lampung.

Ada juga yang mengeluhkan pungli oleh preman di Samarinda-Balikpapan.

Bahkan, pungli oleh preman ini juga terjadi di wilayah Jakarta dan sekitarnya, seperti di Marunda dan Cakung-Cilincing.

Jokowi lalu meminta Menteri Perhubungan Budi Karya dan Wakil Kepala Polri saat itu, Komisaris Jenderal Syafruddin, untuk segera menindaklanjuti keluhan yang disampaikan para sopir truk.

Ia meminta preman-preman yang selama ini memalak sopir truk untuk ditindak.

Begitu pula apabila ada oknum polisi atau petugas dinas perhubungan yang bermain.

"Disikat semuanya," tegas Presiden Jokowi enam tahun lalu.

"(Pungli) menyebabkan biaya tinggi ongkos transportasi kita, cost-cost tambahan yang seharusnya tidak perlu," kata Jokowi lagi.

Namun kini aksi premanisme tersebut muncul lagi dan bikin sopir truk waswas.

Sopir truk kontainer selain Nurhana, yakni Fahrurozi dan Bagas mengeluhkan hal sama.

Mereka seperti dirampok setiap kali bertemu anak Asmoro.

Besaran pengeluaran uang itu tergantung tujuan.

Setiap tujuan, mereka menyebut titik keberadaan anak “asmoro” berbeda-beda.

Sekali jalan bisa tembus Rp 100.000.

“Habis Rp 50.000 paling. Itu juga kalau jalur aman. Kalau hari apes, ya habis semua. Sama saja, kan dirampas,” lanjut Bagas.

Meski begitu, mereka memastikan setiap sopir truk kontainer telah menyiapkan uang recehan yang mereka ambil dari uang jalan.

“Nih, dari sini, kami ke luar saja, ke pelabuhan, itu bisa habis Rp 20.000. Dari sini ke pelabuhan doang. Dari sini, depan situ, itu sudah minta Rp 1.000,” kata Fahrurozi.

Sementara, Nurhana mengatakan, di dekat kawasan Jakarta International Container Terminal (JICT), Tanjung Priok, Jakarta Utara, ada yang tidak mau diberikan Rp 1.000.

Dalam setiap perjalanan, para sopir truk kontainer mendapatkan uang jalan dari perusahaan.

Nominal uang jalan yang diterima para sopir berbeda-beda.

Sebab, hal tersebut mengukur dari jarak tujuan pengantaran barang.

Namun, kata Nurhana, minimal uang jalan yang diterima sopir adalah Rp 600.000.

“Iya (termasuk untuk kasih anak Asmoro), buat makan, dan segala macamnya. Kalau di jalan ada yang minta, ya ambilnya dari uang jalan itu. Iya (uang jalan itu uang pribadi),” ungkap Nurhana.

Selain anak “Asmoro”, para sopir juga harus menghadapi pungutan liar atau pungli yang masih merajalela di pelabuhan-pelabuhan hingga pabrik-pabrik.

Oleh karena itu, uang jalan yang mereka terima dari perusahaan hanya tersisa sedikit.

“Banyak sih pengeluaran (dalam satu kali perjalanan). Paling tidak, sisa Rp 100.000 (uang jalannya),” ucap Bagas.

Baca Juga: Preman Tengik dan Pengelola SPBU Kongkalikong, Per Hari Kantongi Rp 2 Juta Dari Aksi Begini