Chiang Mai - Jika pada level dua (28/8) sesi off road di luar close track BMW Motorrad Enduro Park Thailand di Chiang Mai cuma sebentar saja, maka di hari ketiga (29/8) full di alam liar! Motor yang dipakai tetap BMW F800GS, unit standar yang dipakai untuk special training enduro ini.
Dari pagi, start jam 8.30 semuanya dilakukan di luar area. Menuju lokasi, rombongan harus lalui rute on road sekitar 10 km ke arah pegunungan di pinggiran kota Chiang Mai.
Direction-nya cuma satu, berkendara saja yang nyaman, "Mau sambil berdiri atau duduk boleh, pilih jalur yang aman dan nikmati rutenya," buka Patima Kongpetch chief instructor dari BMW Motorrad Enduro Park Thailand.
Meski terdengar mudah, nyatanya semua teori yang diberikan di level satu dan dua benar-benar terpakai. Kombinasi permukaan dan kontur tanah juga lengkap. Melewati area pedesaan dengan tanah becek jadi yang pertama harus dilalui, untungnya pemandangan cukup indah sehingga bisa sambil cuci mata.
Untuk naik ke area perbukitan yang lebih tinggi, single track dengan permukaan semen berlumut harus ditaklukan. Asal dilalui dengan posisi badan yang benar, condong ke depan dan mengatur gas dengan halus, mudah dilalui. Meski tanjakan terjal, namun berkat torsi yang cukup besar, motor berbobot 214 kg bisa dengan mudah berakselerasi.
Cobaan saat mencapai puncak bukit, tanah gembur sisa hujan semalam yang tak kunjung kering karena tertutup pepohonan membuatnya mudah amblas ketika dilewati motor.
Melewati kondisi jalanan seperti ini, traction control (TC) sebaiknya dimatikan. Tentunya agar ketika roda belakang berputar spin mencari traksi, mesin tidak memutus tenaga yang malah membuat roda belakang kehilangan moment putar. "TC dan ABS lebih enak dimatikan saat lewat trek off road seperti ini," tutur Chatchai Sriwat yang juga instructor di BMW Motorrad Enduro Park Thailand.
"Ada juga tikungan menanjak yang tanahnya, tanah keramik. Iya licin banget seperti keramik," ungkap Heriawan Tani, bikers asal Indonesia yang mulus melewati tantangan ini. "Jangan dilewati sambil belok, lurus saja agar roda belakang tak mudah slide," beber Patima.
Sesampainya di atas, peserta dari Indonesia dan Thailand berhenti di sebuah kuil tua untuk beristirahat sejenak. Sambil menikmati pemandangan, kami menyiapkan diri untuk kembali turun melalui rute yang sama.
Perjalanan turun lebih cepat meski tidak lebih baik kondisinya, "Yang terpenting gunakan rem depan dengan tepat di turunan. Tekan pelan-pelan dengan lembut, jika roda terasa terkunci lepaskan sejenak lalu tekan lagi," beber Chatchai Sriwat yang akrab disapa Bek sambil mewanti untuk tidak menggunakan rem belakang, ban malah terkunci dan motor bisa langsung meluncur dengan cepat tanpa terkendali.
Selepas makan siang, rute cross country ditempuh. Lewat area perkebunan dengan kondisi jalan sempit. Single trek dengan banyak kubangan dan tanah lembut seperti pasir, pastikan posisi badan condong ke belakang agar roda depat tidak mudah terperosok.
Gigi dua lebih banyak dipakai tapi tetap harus hati-hati karena perubahan kondisi tanah bisa sangat drastis dan lintasan yang sempit tertutup dahan pohon menghalangi pandangan. Beberapa yang tergelincir di sesi ini, terjadi karena kaget saat tiba-tiba terperosok ke dalam kubangan atau tumpukan pasir.
Buat BMW F800GS yang kami gunakan, trek di level 3 ini pastinya mudah saja dilalui. Mesin 798 cc-nya tidak menunjukan gejalan over heat meski dipaksa teriak pakai gigi rendah atau selip kopling berkali-kali.
Ketika terjatuh di tanah keras berbatu, setang pun enggak mudah bengkok. Hand guard dan engine crash bar berfungsi maksimal melindungi mesin dan bodi dari kerusakan saat crash.
Berbekal tenaga 85 dk dan torsi 83 Nm terasa pas diajak naik turun bukit terjal, pakai gigi dua saja masih bisa teriak naik. Sistem pengabutan bahan bakar injeksi berteknologi digital engine management (BMS-K+) juga enggak rewel, setelah terjatuh motor tetap mudah dihidupkan, pencet tombol starter langsung jreeeeng...!
Masalah tinggal kembali pada rider-nya, mampu atau tidak mengendalikan F800GS menaklukan medan off road level tiga. "Asal skill basik di level satu dan dua diterapkan pasti bisa, makin sering berlatih refleknya makin baik," yakin Bek.
Oiya, tim dari BMW Motorrad Indonesia - Maxindo Moto ini ternyata adalah orang Indonesia pertama yang bisa lolos sampai level tiga atau disebut dengan 'Enduro Course' di BMW Motorrad Enduro Park Thailand di Chiang Mai.
"Sebelumnya ada dari Indonesia, dari Borneo (Kalimantan) tapi hanya sampai level dua saja," tutur Dao dari BMW Motorrad Enduro Park Thailand. Wow, mantap! (Otomotifnet.com)
Editor | : | Dimas Pradopo |
KOMENTAR