Kondisi jalan yang buruk karena konturnya berbukit-bukit yang tertutup hutan lebat serta karakter tanahnya yang mencair saat tersiram hujan.
Membuat pasokan logistik terhambat sehingga memaksa warganya memenuhi 80% kebutuhan pokoknya dari barang2 selundupkan dari Malaysia.
Selain itu ada satu lagi yang menarik dalam perekonomkian di perbatasan ini, yaitu sistem barter ternyata masih berlaku.
Sempat kami menyaksikan ada orang dayak dari pelosok datang ke toko dgn membawa ikan asin, madu dan lada untuk ditukar dengan garam, sabun, kecap, bensin, rokok, minuman keras dan lain-lain seharga barang bawaannya
Kami amati sepanjang jalan sejak kemarin listrik belum masuk memaksa warganya memasang panel surya dan genset untuk penerangan maupun untuk menghidupkan tv.
(BACA JUGA: Honda CRF Yang Buntung Diduga Kuat Trail Kompetisi CRF125F)
Sedangkan sinyal internet benar-benar tidak ada.
Menjelang sore kami melewati kota kecil Senaning.
Sebelumnya didapat informasi dari pemilik warung bensin ada jalan pintas melewati perkebunan sawit dengan menyeberangi jembatan gantung dari kayu yang bisa menghemat jarak sejauh 40 kilometer.
Agar tidak tersesat disarankan untuk mengikuti jalur listrik yang sudah menjangkau tempat ini sampai bertemu jalan Trans Kalimantan lagi.
Ternyata hujan lebat baru saja menguyur daerah ini membuat jalan negara yang tadinya padat kini mencair.
Saat berusaha menyeberangi ruas yang tertutup lumpur, tiba-tiba motor yang saat itu dikendarai Novan dengan memboncengkan Budi selip dan terbanting.
Begitu juga yang terjadi dengan Pak Sis juga terjatuh dibelakangnya.
Baru disadari kelemahan bawaan supermoto saat bertemu jalur tanah liat yang basah.
Penyebabnya celah antara fork suspensi depan dengan roda sangat sempit karena mengunakan ban ukuran lebar.
Sehingga akan tersumbat lumpur yang membuat roda depan terkunci sedangkan roda belakang tetap mendorong sehingga motorpun terbanting.
(BACA JUGA: Bukan Rangka Yang Patah, Honda CB150 Terbelah Di Bagian Ini)
Dari informasi warga yang melintas diketahui didepan masih ada beberapa ruas lagi yang mencair menjadi kubangan lumpur.
Sehingga Budi berinisiatif menghentikan pick-up 4x4 yang habis mengantar buah sawit.
Setelah dilakukan sedikit negosiasi alot akhirnya sopir yang ternyata warga Dayak setempat bersedia berbalik untuk mengangkut kami sampai ke ujung aspal yang jaraknya masih 40 kilometer lagi.
Tidak hanya itu dengan diplomasi ala jalanan Novan bahkan berhasil membujuk untuk mengantar ke penginapan terdekat di Balai Karangan V yang juga berfungsi ganda sebagai lokasi pelacuran saat malam tiba.
Total hari ini kami menempuh jarak 180 kilometer di mana 40 kilometernya dievakuasi.
Editor | : | Iday |
KOMENTAR