Otomotifnet.com - Pertengahan Januari 2024 silam (19/1/2024), ketika berselang satu minggu setelah peluncuran Yamaha Lexi LX 155, Otomotifnet mencoba untuk pertama kali Yamaha Lexi LX 155.
Kebetulan dealer Yamaha Mekar Motor Cibinong, Bogor, Jawa Barat memiliki unit tes, Rey Ratukore, manajer yang juga pemilik Rey Speed Shop mempersilakan untuk mencoba sekaligus membantu menginreyen motornya. Odometer baru 1 km!
Yang paling membuat penasaran tentu saja performa mesin barunya, yang kini jadi 155 cc, beda dengan Lexi versi lama yang hanya 125 cc.
Termasuk penasaran juga dengan impresi ketika dikendarai, seberapa nyaman dengan jok yang lebih rendah 1,5 cm, dan juga karakter redaman suspensi apakah empuk atau keras.
Tak lupa sekalian mencoba beberapa fitur baru yang disematkan oleh Yamaha pada Lexi LX 155, seperti handlebar switch control dan menguji bagasinya apakah muat helm atau tidak.
Oiya unit tesnya kebetulan versi yang Standard alias yang termurah, banderolnya Rp 25,35 juta (OTR Jakarta).
Bedanya dibanding versi S atau Connected-ABS antara lain warna pelek hitam, kulit jok polos tanpa motif dan tanpa jahitan, suspensi belakang tanpa tabung dan kontak masih mekanis. Dan bobot paling ringan, hanya 116 kg.
Sementara yang versi S Rp 26,85 juta, dan yang termahal Connected-ABS Rp 29,9 juta (OTR Jakarta).
Simak yuk hasil tesnya!
PERFORMA
Karena yang paling bikin penasaran adalah performa, maka langsung kita bahas efek dari penggunaan mesin baru yang diandalkan Lexi LX 155.
Sesuai namanya, kini Lexi andalkan mesin 155 cc atau lebih tepatnya 155,1 cc.
Naik drastis dibanding Lexi generasi pertama yang hanya 125 cc dengan tenaga maksimal cuma 11,7 dk (8,75 kW) di 8.000 rpm dan torsi maksimal 11,3 Nm di 7.000 rpm.
Mesin baru yang digunakan basisnya dari Aerox 155, Blue Core 4 langkah SOHC 4 katup + VVA, injeksi berpendingin cairan, namun mengalami banyak ubahan.
Bertujuan agar memiliki performa yang lebih baik, serta lebih minim vibrasi.
Jadi bisa dibilang ini merupakan mesin 155 cc generasi ketiga setelah NMAX dan Aerox 155.
Ubahannya menurut Nurul Fajar, Technical & Education PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM) antara lain tensioner adjuster pakai tipe hidraulis agar lebih senyap, sehingga butuh jalur oli baru, makanya crankcase pun beda.
Masih menurut Nurul, berikutnya yang berubah kem, didesain lebih minim gesekan dan dudukan pada gir keteng konstruksinya diubah, tujuannya biar enggak mudah goyang.
“Rotor juga beda, lebih ringan,” terangnya yang ditemui saat sesi launching Lexi LX 155 (12/1/2024).
Efek dari berbagai ubahan yang dilakukan, klaim performa mesin Lexi LX 155 jadi lebih baik dibanding NMAX 155, yang punya tenaga maksimal 15,2 dk di putaran mesin 8.000 rpm dan torsi maksimum 13,9 Nm di 6.500 rpm.
Tenaga maksimal Lexi LX 155 sama persis 15,2 hp (11,3 kW) di putaran mesin 8.000 rpm. Perbedaannya pada torsi maksimal, mencapai 14,2 Nm di kitiran 6.500 rpm.
Itu sudah mendekati torsi maksimal mesin NMAX generasi pertama yang masih pakai starter konvensional, yang biasa disebut starter kasar, sebelum pakai SMG (Smart Motor Generator), yang mencapai 14,4 Nm di 6.000 rpm.
Bagaimana rasanya ketika dikendarai? Dengan kenaikan tenaga 3,5 dk dan torsi 2,9 Nm tentunya terasa jauh lebih ngacir!
Tarikan awal terasa lebih responsif, meski penyaluran tenaganya tetap terasa smooth, bukan yang mengagetkan.
Tampaknya biar nyaman buat semua kalangan. Karena jadi mudah dikendalikan.
Yang istimewa ketika putaran mesin menyentuh angka 6.000 rpm diiringi logo VVA di spidometer menyala, tiba-tiba seakan ganti riding mode karena ada dorongan tambahan secara spontan, membuat laju semakin enteng! Enak banget! Menyentuh angka 100 km/jam terasa cukup singkat.
Efeknya motor jadi terasa lebih fun to ride, lebih sigap khususnya ketika harus stop and go di jalanan perkotaan yang padat.
Kondisi lalu lintas yang akan sering dilalui oleh karakter pengguna Lexi LX 155.
Padahal kalau ditelaah ternyata bobot Lexi LX 155 sudah naik 4 kg, dari 112 kg jadi 116 kg.
Namun ternyata secara power to weight ratio (PWR) masih tetap lebih besar, yaitu 0,131 dk/kg, sedang Lexi 125 hanya 0,104 dk/kg.
Bahkan dibanding NMAX atau Aerox 155, PWR Lexi LX 155 juga yang terbesar.
Kalau NMAX hanya 0,116 dk/kg, Aerox 155 0,124 dk/kg. Semakin besar angkanya, maka laju motor akan semakin enteng.
Sayang karena kondisi motor masih baru banget, dan kondisi jalan tak memadai serta sedang hujan, kali ini belum bisa mencoba top speed maupun mengukur akselerasi.
Tentunya akan dites lengkap nanti ketika sesi test ride. Termasuk konsumsi bensinnya.
Oiya satu lagi yang patut diacungi jempol adalah getaran dari mesin, ternyata benar jadi terasa lebih minim kalau dibanding NMAX.
Baik itu ketika akselerasi maupun stasioner. Misal saat berhenti di lampu merah dan mesin masih menyala, di setang maupun bodi dan jok enggak terasa getaran yang sampai mengganggu kenyamanan.
RIDING POSITION & HANDLING
Meski tanpa ganti basis rangka, Yamaha berusaha agar Lexi LX 155 lebih ramah bagi mayoritas bikers Indonesia.
Mengingat meski tinggi jok hanya 785 mm, namun karena permukaannya lebar, Lexi 125 cukup menyulitkan bagi yang tinggi badannya kurang dari 170 cm untuk menapakkan kedua kaki.
Nah di Lexi LX 155 tinggi jok dipangkas jadi 770 mm, turun 15 mm, angka yang memang tergolong sedikit.
Makanya kalau dirasakan sekilas masih identik, masih terasa cukup tinggi.
Namun tak perlu khawatir, karena bisa disiasati dengan duduk lebih maju khususnya ketika berhenti, atau setidaknya yang turun cukup salah satu kaki saja.
Asyiknya, meski tinggi jok dipapas, namun ternyata saat diduduki masih terasa nyaman.
Karakter busa jok tetap terasa empuk, dan karena lebar pastinya bisa menampung bokong secara maksimal. Buat perjalanan lama mestinya bikin betah!
Yang juga bikin nyaman tentunya posisi duduknya yang fleksibel. Bisa posisi sigap dengan posisi lurus, atau selonjoran ala Maxi Riding Style.
Jadi seperti kita tahu meski Lexi punya dek rata, namun kaki bisa hampir selonjoran secara penuh, karena di dek sisi depan ada bagian yang dirancang agar kaki bisa lebih lurus.
Hal tersebut tentunya membuat posisi duduk terasa lebih santai. Tapi negatifnya permukaan dek jadi tak benar-benar rata, sisi depan jadi agak melengkung ke atas.
Makin nyaman dan santai karena setangnya punya jarak yang agak jauh dari jok, jadi tangan tak terlalu menekuk.
Nah posisinya setangnya sedang. Sehingga tangan enggak begitu rendah yang terlalu sporty seperti layaknya naik Honda Vario 160, namun bukan yang terlalu santai seperti mengendari NMAX.
Bagaimana dengan suspensi? Ternyata tak begitu jauh berbeda dengan Lexi 125 maupun keluarga Maxi lainnya. Cenderung empuk!
Suspensi depan apalagi, bisa dibilang sangat empuk. Saking empuknya roda depan seakan kurang menapak kalau dipakai ngebut.
Dan kalau apes menghajar lubang, maka akan mentok. Hal ini yang membuat kadang orang bilang suspensinya keras.
Padahal karena saking empuknya sehingga mudah mentok alias bottoming sehingga dibilang keras. Makanya banyak yang melakukan modifikasi.
Sementara itu suspensi belakang yang di Lexi LX 155 varian Standard ini model polos tanpa tabung, ternyata karakternya juga empuk.
Untuk jalan sendirian terasa nyaman, enggak bikin pinggang sakit meski melibas jalan tak rata.
Nah kalau handling tentunya juga masih khas skutik perkotaan. Dengan bobot hanya 116 kg, terasa jauh lebih lincah kalau dibanding Aerox 155 (125 kg) maupun NMAX (130 kg).
Selap-selip di antara kemacetan mudah, untuk putar balik radius putarnya juga kecil.
FITUR & TEKNOLOGI
Karena yang dites adalah varian Standard, maka yang pertama dirasakan ketika mau coba jalan adalah menyalakan pakai kunci kontak mekanis. Karena belum pakai keyless seperti S Version dan yang Connected-ABS.
Kontaknya persis seperti milik Aerox 155 maupun NMAX yang varian Standard.
Yang mana jika mau buka jok tinggal putar ke kiri dari posisi off. Beda dengan yang keyless, ada tombol khusus di sebelah knopnya.
Berikutnya yang langsung bisa diperhatikan ketika jalan adalah panel instrumen yang berlatarkan warna biru.
Ternyata meski dimensi sedikit mengecil, namun info yang ditampilkan tetap mudah dilihat, khususnya tentu petunjuk kecepatan yang mendominasi layar. Kondisi kencang apalagi pelan angkanya tampak jelas!
Nah yang juga mengasyikkan karena ada fitur handlebar switch control, untuk mengganti info yang ditampilkan jadi lebih mudah.
Cukup pakai jari telunjuk tangan kiri, maka bisa mengganti info dari odometer ke trip 1 & 2, trip fuel (F), konsumsi bensin, konsumsi bensin rata-rata, tegangan baterai, setingan kecerahan layar (BL/back light), trip oil dan trip v-belt.
Nah sepanjang perjalanan dalam pengetesan yang berlangsung di seputaran Cibinong, Bogor, beberapa kali melewati pertigaan yang mengharuskan untuk berhenti karena lampu merah menyala.
Pada kondisi ini, fitur SSS (Stop & Start System) yang diaktifkan tentunya langsung bekerja mematikan mesin agar lebih hemat bensin.
Dan seperti pada Aerox 155 maupun NMAX, ada 2 skema SSS bekerja. Ada yang zero second alias berhenti mesin langsung mati, ada pula yang menunggu sekitar 5 detik.
Bedanya tentu dari kecepatan sebelum berhenti. Yang pertama kalau dari posisi ngebut, kalau yang kedua jika dari kondisi jalan perlahan.
Bagaimana dengan rem? Nah ini juga khas Yamaha. Empuk tapi pakem! Dan tentunya saat mengoperasikan fitur Parking Brake Lock terasa sangat mudah.
Berikutnya yang dicoba fitur akomodasinya. Pertama ada konsol di bawah setang kiri, yang kalau dilihat sekilas terlihat kecil, namun ternyata bisa muat botol air minum 600 ml.
Berikutnya ada bagasi di bawah jok, yang sayangnya kapasitas sedikit mengecil karena sekarang ada gundukan di bagian dasarnya.
Mayoritas pertanyaannya apakah muat helm? Ketika dicoba pakai helm Nolan N33 Evo yang batoknya termasuk kecil, ternyata enggak bisa masuk.
Sehingga cocoknya untuk menaruh barang yang lebih kecil saja, semisal jas hujan, sepatu, sarung tangan atau tas pinggang.
Fitur lain akan dites lebih lengkap saat sesi test ride. Tunggu di edisi mendatang.
Data spesifikasi Yamaha Lexi LX 155 :
Tipe Mesin: Liquid Cooled 4-stroke, SOHC 4 V + VVA
Diameter x Langkah: 58 mm x 58,7 mm
Perbandingan Kompresi: 11,6:1
Volume Silinder: 155,09 cc
Tenaga Maksimum: 15,2 dk (11,3 kW) @ 8.000 rpm
Torsi Maksimum: 14,2 Nm @ 6.500 rpm
Sistem Bahan Bakar: Fuel Injection
Sistem Starter: Electric
Sistem Pelumasan: Wet Sump
Kapasitas Oli: Total 1 liter, Berkala 0,9 liter
Tipe Kopling: Dry, Centrifugal Automatic
Tipe Transmisi: V-belt automatic
P X L X T: 1.970 mm x 720 mm x 1.135 mm
Jarak Sumbu Roda: 1.350 mm
Jarak Terendah Ke Tanah: 135 mm
Tinggi Tempat Duduk: 770 mm
Berat Isi: Standard 116 kg, S Version 117 kg, Connected-ABS 118 kg
Kapasitas Tangki Bensin: 4,2 liter
Tipe Rangka: Underbone
Suspensi Depan: Telescopic Fork
Tipe Suspensi Belakang: Unit Swing
Ban Depan: 90/90-14M/C 46P
Ban Belakang: 100/90-14M/C 57P
Rem Depan: Disc
Rem Belakang: Drum
Sistem Pengapian: TCI/Transistor
Tipe Battery: YTZ6V
Tipe Busi: NGK CPR8EA-9
Editor | : | Antonius Yuliyanto |
KOMENTAR