Kerusakan Transmisi Matic Akibat Perilaku Salah Pengemudi

Editor - Kamis, 8 April 2010 | 11:40 WIB

Potensi Kerusakan Transmisi Matic Akibat Prilaku Salah Pengemudi (Editor - )

OTOMOTIFNET - Perilaku salah dapat membuat usia pakai peranti pemindah daya mesin ke roda ini menjadi lebih singkat, namun kadang kita tak menyadarinya. Apa saja itu?

Percayakah Anda kalau perawatan transmisi otomatis jauh lebih mudah dibanding manual? Transmisi pintar ini akan tetap terjaga performanya selama oli transmisi yang mengalir di dalamnya tetap terjaga.

“Kerusakan tranmisi otomatis 85% disebabkan kelalaian mengganti oli, 10% karena kesalahan pengoperasian dan 5% akibat umur pemakaian,” jelas Ricky Ricardo, pemilik bengkel transmisi otomatis Ricardo Matik di Cikokol, Tangerang.

Namun perlakuan yang salah terhadap transmisi ini juga bisa mengakibatkan masalah. Walau tidak fatal, kelalaian-kelalaian kecil ini menjadi awal dari kerusakan transmisi pintar Anda secara keseluruhan.

1.    Tidak memindahkan posisi tuas ke N saat berhenti lama

Kadang pengendara mobil matik terbuai dengan kemudahan yang diberikannya. Termasuk ketika berhenti lama di tengah kemacetan atau saat lampu merah. Kondisi ini membuat trasnmisi bekerja ekstra lantaran harus bekerja disaat suplai udara segar terbatas.

Sebaiknya pindahkan posisi tuas ke N ketika Anda sedang berhenti dengan rentang waktu lebih dari 60 detik. Hal ini bertujuan agar pelumas di transmisi tidak meningkat drastis ketika menghadapi kondisi seperti itu.

2.    Langsung tancap gas setelah memindahkan tuas ke D


Lantaran terburu-buru akibat lampu lalu lintas yang menyala hijau, kerap pengendara mobil matik langsung memindahkan posisi tuas ke D dan menginjak pedal gas seketika itu juga.

Padahal transmisi perlu waktu untuk melakukan proses engage  dengan memindahkan tekanan fluida ke arah torque converter.  Bila kebiasaan ini sering dilakukan, maka katup solenoid di dalam transmisi lebih mudah rusak sehingga kerusakan rentan terjadi.

3.    Sering melakukan engine brake berlebihan

Untuk memperoleh efek engine brake,  transmisi otomatis boleh  digunakan pada posisi gigi yang lebih rendah.

Namun sebaiknya lakukan perpindahan pada putaran mesin dibawah 3.000 rpm. Sebab bila di atas angka itu, bisa berakibat Akibatnya terjadilah hard friction  yang akan mengurangi umur pakai dari kopling gesek di dalam transmisi pintar ini.

4.    Mesin bekerja di putaran yang cukup tinggi

Untuk memperoleh kemampuan berakselerasi optimal, putaran mesin pun perlu dijaga. Salah satunya dengan mempertahankan posisi gigi yang tepat agar mesin bekerja di putaran cukup tinggi.

Sayangnya perilaku ini tidak cocok ketika digunakan pada transmisi otomatis. Lantaran menggunakan kopling basah, membuat selip menjadi kian mudah terjadi.

Apalagi bila pengemudi kerap memindahkan posisi gigi melalui tuas transmisi yang berefek pada longgarnya bearing  pada main shaft.  Kejadian ini ditandai dengan semakin lamanya perpindahan antara gigi yang ada.

Hal ini hanya langsung terjadi jika putaran mesin  hampir berada pada redline  saat posisi gigi diturunkan. Untuk itu hindari perpindahan gigi ke posisi yang lebih rendah pada putaran mesin mendekati redline.

“Kondisi ATF yang baik, akan turut menjaga performa transmisi otomatis ini. Untuk itu lakukan pergantian oli transmisi 5.000 km sekali dan mengurasnya setiap 20.000 km sekali,” ujar Ricky. Namun tetap harus diingat untuk tidak melakukan down shift  di putaran mesin yang terlalu tinggi.