Otomotifnet.com - Kota Surabaya, Jawa Timur kini memiliki angkot anti gerah.
Berbasis Toyota HiAce dan Daihatsu Gran Max dengan tarif murah meriah.
Peluncuran ini dilakukan Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, (2/3/23).
Angkot ber-AC ini dinamai 'Wirawiri Suroboyo'
"Setelah kita rencanakan sejak lama, akhirnya feeder bisa kita jalankan hari ini," ucap Eri usai peluncuran.
"Kami ajak masyarakat semakin banyak menggunakan transportasi umum," kata Cak Eri.
Dalam peluncuran feeder tersebut, Cak Eri optimistis mendukung konsep besar tranportasi umum di Surabaya.
Yakni, kenyamanan penumpang, kepastian waktu, dan tarif terjangkau.
Dari sisi kenyamanan, 'Wirawiri Suroboyo' tidak berbeda jauh dengan angkutan backbone yang telah lebih dahulu mengaspal, Suroboyo Bus.
Selain dilengkapi AC, bangku angkot baru ini juga disiapkan ramah perempuan, lansia hingga disabilitas.
Dibantu oleh sopir dan helper di tiap armada, Wirawiri juga dilengkapi CCTV, running text, GPS, hingga Tool Keamanan (apar dan pemecah kaca).
"Untuk memberikan kenyamanan, tidak boleh ada yang merokok selama di dalam Wirawiri," terangnya.
Menurut Cak Eri, selama ini tantangan angkutan umum adalah memastikan ketepatan waktu penumpang sampai di tujuan.
Terutama, saat jam padat seperti jam berangkat atau pulang kerja.
Karenanya, meskipun kendaraan ini menjadi pengumpan angkutan yang lain, namun Pemkot memastikan tak ada sopir yang menunggu (ngetem). Waktu tunggu juga akan dipersempit.
"Kepastian jam itu penting, terutama bagi pekerja dan pelajar. Sebab, kalau sampai terlambat tentu ada konsekuensi di tempat tujuan," kata Cak Eri.
Soal tarif.
Untuk menarik antusiasme penumpang, Dishub Surabaya memastikan tarif yang diberikan cukup terjangkau, Rp 5.000 untuk umum, Rp 2.500 untuk pelajar dan gratis untuk lansia.
Pembayaran juga cashless dengan menggunakan barcode atau QRIS.
Pemkot juga mengupayakan satu tarif, yakni untuk penggunaan rute dan armada yang berbeda di tentang waktu kurang dari 2 jam, cukup sekali membayar.
Namun, dalam sepekan Dishub akan terlebih dahulu sosialisasi dengan menggratiskan seluruh rute.
"Selama sepekan, akan dihitung berapa jumlah penumpang, biaya perawatan hingga biaya lainnya," katanya.
"Kemudian, nanti dibandingkan. Berapa kalau (angkutan) pribadi dan berapa kalau naik angkutan umum. Seharusnya, kalau naik ini (feeder) bisa lebih hemat," katanya.
Dalam laporannya, Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Surabaya, Tundjung Iswandaru menyampaikan bahwa feeder tersebut didukung sarana yang nyaman. Serta, memiliki aksesibilitas yang tinggi.
Dengan menggunakan mobil dibanding Bus, feeder bisa menjangkau kawasan permukiman.
Mengoperasikan 52 unit armada, ada 5 rute yang dilayani oleh feeder tersebut.
Di tiap armada, jumlah penumpang yang diangkut maksimal 10-14 penumpang.
Kendaraan injak juga terintegrasi dengan kendaraan umum lainnya.
"Angkutan ini lebih kecil. Sehingga bisa menjangkau wilayah pemukiman atau jalan yang sempit dan mendekatkan masyarakat. Juga transportasi yang terintegrasi dengan transportasi di Surabaya," kata Tundjung.
Untuk memangkas waktu tunggu, pihaknya juga menyiapkan armada yang cukup di tiap rutenya. "Kami menargetkan waktunya (headway) ideal di 12-15 menit," katanya.
Baca Juga: Angkot di Surabaya Naik Kelas, Basis Toyota HiAce, Anti Gerah dan Tanpa Ngetem