Baca berita tanpa iklan. Gabung Gridoto.com+

Benelli Patagonian Eagle EFI Dites Lengkap, Akselerasi Hingga Konsumsi Bensin

Antonius Yuliyanto - Rabu, 22 Juli 2020 | 20:40 WIB
Test ride Benelli Patagonian Eagle EFI
F Yosi/otomotifnet.com
Test ride Benelli Patagonian Eagle EFI

Otomotifnet.com - Juni 2020 yang lalu PT Benelli Motor Indonesia (BMI) mulai memasarkan Patagonian Eagle EFI.

Sesuai namanya ada embel-embel EFI atau Electronic Fuel Injection, pembeda utama dengan generasi sebelumnya adalah adanya penyematan teknologi injeksi menggantikan karburator.

Tak hanya itu, jika diamati lebih detail ternyata banyak pula ubahan lainnya.

Apa saja dan apakah dengan penyematan injeksi membuat performa dan konsumsi bensin berubah dibanding yang versi karburator? Yuk simak sampai habis.

Baca Juga: Viar Siap Luncurkan Dua Produk Baru, Katanya Kejutan, Strategi Genjot Penjualan

Benelli Patagonian Eagle EFI
Aant/otomotifnet.com
Benelli Patagonian Eagle EFI

Desain

Secara garis besar, tampilan Patagonian Eagle EFI tak berubah, tetap sebuah motor cruiser yang punya jok rendah, setang tinggi, rake centang dan ban berukuran belang, depan 18 inci sedang belakang 15 inci.

Namun kalau diamati ada banyak perubahan di versi injeksi ini.

Paling jelas terlihat beda adalah pelek. Patagonian Eagle EFI pakai model jari-jari, sedang di versi karburator model palang (cast wheel), tentu saja menguatkan kesan klasiknya.

Perbedaan kedua ada di knalpot, yang jadi warna hitam doff, di versi karbu berlapis krom.

 

Termasuk pula mesinnya kini juga semuanya hitam, tak ada lagi aksen krom yang membuat tampilan jadi lebih sangar.

Lalu di tangki, sepatbor depan dan bodi samping kini ada striping minimalis.

Label EFI jelas tertera di bodi samping. Oiya pilihan warnanya ada dua, hitam dan hijau kebiruan.

Mesin Benelli Patagonian Eagle EFI basisnya sama dengan yang karbu
F.Yosi/otomotifnet.com
Mesin Benelli Patagonian Eagle EFI basisnya sama dengan yang karbu

Fitur & Teknologi

Bagian fitur dan teknologi juga mengalami beberapa perubahan, yang utama tentu seperti yang disebut di awal, sistem pengabutan bensin jadi injeksi (EFI).

Karburator kini diganti sebuah throttle body yang terpasang di intake manifold bercabang.

Di tiap cabang atau di masing-masing silinder ada injektor yang mengarah ke mesin.

Lalu pada masing-masing leher knalpot ditemukan O2 sensor, artinya pakai sistem injeksi close loop yang mana hasil pembakaran pun dibaca ECU.

Bagian lain yang beda tentu tangkinya yang berkapasitas 14 liter, tak lagi ditemukan keran bensin.

Gantinya kini di sisi kiri bawah tangki terlihat ada fuel pump.

Selain sistem injeksi, yang juga jelas berubah adalah rem belakang.

Di versi injeksi jadi model cakram pakai kaliper 2 piston. Kinerjanya memuaskan, responsif dan pakem.

Rem depan yang model cakram juga pakem walaupun secara respons tak sebagus belakang, tampaknya efek ada aksesori “ABS” manual yang menempel di kaliper.

Di kedua leher knalpot Benelli Patagonian Eagle EFI ada sensor O2
Aant/otomotifnet.com
Di kedua leher knalpot Benelli Patagonian Eagle EFI ada sensor O2

Suspensi depan model teleskopik dengan ukuran as 33 mm tanpa setelan, sedang belakang suspensi ganda dengan setelan preload 5 tingkat.

Lampu-lampunya jadul, lampu utama masih pakai bohlam model besar mirip Thunder 125 atau Vespa lawas, sorotnya pun kurang terang. Lampu rem dan sein juga masih bohlam.

Panel instrumen pun sederhana. Menu utama ada spidometer model jarum, lalu ada odometer dan tripmeter analog.

Di sisi bawah ada lampu MIL (Malfuntion Indikator Light), berderet dengan lampu bensin, karena memang tak ada fuelmeter dan lampu sein, yang terakhir ini ketika menyala sorotnya pas ke mata, saat malam cukup bikin silau.

Riding Position & Handling

Posisi duduk di Patagonian Eagle memang bikin betah, santai dan nyaman!

Itu karena punya jok yang lebar berbusa empuk dan posisinya rendah.

Pengendara dengan tinggi kurang dari 170 cm pun dijamin tak susah menapakkan kedua kaki.

Ditunjang dengan posisi setang yang tinggi, dan saat riding kaki santai ke depan, hasilnya buat harian maupun turing posisi duduknya enggak bikin lekas pegal, betah pokoknya.

Test ride Benelli Patagonian Eagle EFI
F Yosi/otomotifnet.com
Test ride Benelli Patagonian Eagle EFI

Apalagi ditunjang karakter suspensi depan yang cukup empuk.

Cuma sayangnya suspensi yang belakang memang agak keras, lumayan terasa terpental-pental saat lewat jalan tak rata, tapi tenang setelan preload bisa disetel.

Dengan posisi duduk yang rendah sehingga center of gravity juga rendah, apalagi kaki selonjoran, bermanuver pakai Patagonian Eagle ini rasanya begitu mudah dan menyenangkan.

Gampang diarahkan berbelok dan juga stabil. Tak heran jika footstep jadi sering menggasak aspal.

Repotnya cuma saat di kemacetan, enggak bisa selap-selip karena sudut belok setang terbatas ditambah jarak sumbu roda mencapai 1.450 mm, hampir 1,5 meter!

Performa

Patagonian Eagle EFI ini mengusung basis mesin yang sama persis dengan versi karbunya, hanya beda di sistem pengabutan bahan bakar.

Empat langkah, dua silinder segaris SOHC 4 katup berpendingin udara dan oil cooler.

Yang khas mesinnya pakai firing order 360°, piston naik turun bersamaan tapi langkah kerjanya gantian, sehingga suara knalpotnya merdu sekilas mirip mesin 4 silinder.

Ada lampu MIL di spidometer Benelli Patagonian Eagle EFI
Aant/otomotifnet.com
Ada lampu MIL di spidometer Benelli Patagonian Eagle EFI

Faktor ini jadi salah satu daya tarik utama Patagonian Eagle.

Namun firing order tersebut ada konsekuensinya. Jika dirasakan karakter tenaganya jadi cenderung datar.

Di putaran bawah terasa kalem, tengah ke atasnya ngisi khas mesin overbore tapi tak terlalu nampol.

Tenaga maksimal hanya 17,4 dk di 8.000 rpm dan torsi 16,5 Nm di 6.000 rpm, itu sama dengan versi karburator.

Jangan heran jika catatan akselerasinya tak secepat motor 250 cc lainnya.

Ambil contoh 0-100 km/jam butuh waktu 12,7 detik, lalu dari diam ke 402 meter 18,2 detik.

Malah top speed di spidometer hanya kisaran 125 km/jam. Catatan akselerasinya itu ternyata sama dengan versi karbu.

Yang menarik ketika pengetesan akselerasi dan top speed pakai Racelogic adalah keakuratan spidometer.

Benelli Patagonian Eagle EFI, pakai pelek jari-jari
Aant/otomotifnet.com
Benelli Patagonian Eagle EFI, pakai pelek jari-jari

Deviasinya kecil, karena ketika jarum spidometer di angka 125 km/jam, di Racelogic tertera 120,7 km/jam.

Melencengnya hanya 3,4%, akurat banget! Pantas lari 100 km/jam sudah terasa kencang!

Oiya Patagonian Eagle ini pakai transmisi 5 percepatan, gigi 1 mentok 35 km/jam, gigi 2 70 km/jam, gigi 3 95 km/jam, gigi 4 120 km/jam dan gigi 5 yang karakternya overdrive 125 km/jam.

Konsumsi Bensin

Dengan perubahan sistem pengabutan jadi injeksi, walaupun performa tetap sama dengan yang versi karbu, namun ternyata membawa dampak positif pada konsumsi bensin.

Dipakai harian oleh tester bergaya agresif, sering buka gas secara spontan, dengan kondisi jalan beragam lebih dari 300 km, pakai metode full to full sebanyak 3 kali dengan bahan bakar RON 92, ternyata rata-rata bisa dapat 27,5 km/liter.

Berdasarkan hasil test ride OTOMOTIF, yang versi karburator cuma 23,8 km/liter, bedanya signifikan ya?

Oiya, rasio kompresi mesin Patagonian Eagle ini rendah, hanya 9,0:1, jadi dikasih Pertalite maupun Premium pun masih aman.

Lalu panas yang dihasilkan tak terlalu terasa di kaki.

Benelli Patagonian Eagle EFI
Aant/otomotifnet.com
Benelli Patagonian Eagle EFI

Harga

Menurut Joel Kusuma, Business Development Manager Region Jakarta BMI, Patagonian Eagle EFI dijual Rp 44,9 juta untuk OTR Jakarta, “Untuk Bodetabek Rp 45,7 juta,” terangnya Joel.

Dan kendati sudah ada versi injeksi, menurut Joel yang versi karburator juga tetap dijual.

Tapi secara harga Patagonian Eagle yang versi karburator memang lebih terjangkau, Rp 40,3 juta untuk OTR Jakarta, dan Rp 41,1 juta untuk OTR Bodetabek.

Data tes Benelli Patagonian Eagle EFI
0-60 km/jam: 4,3 detik
0-80 km/jam: 7,3 detik
0-100 km/jam: 12,7 detik
0-100 m: 7,2 detik (@79,5 km/jam)
0-201 m: 11,3 detik (@96,6 km/jam)
0-402 m: 18,2 detik (@111,4 km/jam)
Top speed spidometer: 125 km/jam
Top speed Racelogic: 120,7 km/jam
Konsumsi bensin: 27,5 km/liter


Data spesifikasi Benelli Patagonian Eagle EFI:
Tipe mesin: 4 langkah 2 silinder segaris SOHC 4 katup
Pendinginan: Oil cooler
Kapasitas: 249 cc
Bore x stroke: 55 x 52,4 mm
Rasio kompresi: 9,0:1
Tenaga maksimal: 17,4 dk (13 kW) @8.000 rpm
Torsi maksimal: 16,5 Nm @6.000 rpm
Sistem bahan bakar: injeksi
Pengapian: TLI
Starter: elektrik
Sistem pelumasan: oli bertekanan
Transmisi: 5 percepatan
Tipe kopling: basah
P x L x T: 2.180 x 850 x 1.110 mm
Jarak terendah: 140 mm
Jarak sumbu roda: 1.450 mm
Bobot kering: 158 kg
Kapasitas tangki bensin: 14 liter
Tipe sasis: Bassinet
Suspensi depan: teleskopik
Jarak main suspensi depan: 120 mm
Suspensi belakang: telescopic coil spring oil damped
Jarak main suspensi belakang: 70 mm
Ban depan: 90/90-18
Ban belakang: 130/90-15
Rem depan: cakram
Rem belakang: cakram

Editor : Antonius Yuliyanto
Sumber : Tabloid OTOMOTIF

Sobat bisa berlangganan Tabloid OTOMOTIF lewat www.gridstore.id.

Atau versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di : ebooks.gramedia.com, myedisi.com atau majalah.id



KOMENTAR

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

loading
SELANJUTNYA INDEX BERITA
Close Ads X
yt-1 in left right search line play fb gp tw wa