Jakarta - Berbeda dengan varian Suzuki berteknologi injeksi yang sebelumnya, Suzuki GSX-R 150 dan GSX-S 150 tergolong istimewa karena sudah dibekali dengan diagnostic tool terbaru bernama Suzuki Diagnostic System (SDS) II. Perangkat ini bisa mendeteksi semua kerusakan pada sistem injeksi dua motor sport anyar Suzuki tersebut.
“Yang perlu ditekankan adalah SDS-II ini bukanlah alat setting ECM, karena banyak yang berfikiran seperti itu,” ungkap Harsoyo, Supervisor Instruktur Training R2 PT Suzuki Indomobil Sales (SIS). Nah loh, jangan salah ya! Lalu sebagai pendeteksi kerusakan, apa saja fiturnya? Yuk bedah langsung. Fariz/otomotifnet.com
Menu Utama
“SDS-II ini lebih lengkap, generasi 2016 ke atas sudah pakai SDS-II. Ini sama seperti yang moge Suzuki pakai, yang penting soket sama 6 pin,” jelasnya. Untuk GSX 150 ini soket berada di bawah jok pembonceng.
Setelah dicolok ke soket dan power-nya tersambung ke aki, maka akan langsung menyala dan di dalam menu utamanya terdapat 3 pilihan yaitu Diagnostic, Oscilloscope dan pengaturan.
Pada pengaturan kita bisa mengatur kecerahan cahaya monitor, bunyi beep dan bahasa. “Kalau Oscilloscope ini rumit. Harus ada extension lagi, nantinya gelombang kelistrikan dibaca dalam grafik untuk menemukan kerusakan khusus,” beber Harsoyo
Sedang untuk memeriksa kinerja serta kerusakan sensor bisa masuk dalam menu Diagnostic. Nantinya akan muncul 5 pilihan menu yang punya fungsi masing-masing sebagai berikut;
1. Data Monitor
Pertama ada Data Monitor, “Fungsinya mendiagnosa kinerja seluruh sensor yang diatur oleh ECM secara real time. Total ada 19 parameter yang bisa dilihat pada data monitor ini, seperti engine speed, throttle position, engine coolant / oil temperature, intake air temperature, battery voltage, O2 sensor, gear position, dan lain – lain.
2. DTC Inspection and Clear
Kepanjangan dari Diagnosis Trouble Code, menu ini berfungsi untuk memeriksa kondisi mesin serta mengindetifikasi part penyebab permasalahan.
“Jika ada kerusakan part, langsung ditampilkan kode kerusakan serta nama part-nya. Selain itu, juga ada history atau riwayat part yang pernah rusak, history harus dihapus gak perlu dipelihara kalau sudah diperbaiki. Ibaratnya kalau lebaran kembali ke ‘0’ lagi,” kekehnya.
3. Show Failure Data
Show Failure Data berfungsi mendiagnosa masalah yang terjadi hanya pada masa tertentu saja. “Misalkan saat langsam dan jalan santai motor normal, tapi saat menyentuh 80 km/jam terasa brebet nah masalah ini bisa diketahui pakai fitur ini,” ujar pria berkacamata ini.
Selain itu dalam menu ini ada terekam data pre-detect merupakan diagnosa 40 milidetik sebelum kerusakan atau nilai abnormal terjadi, detection point disaat nilai abnormal terdeteksi, post-detect adalah 40 milidetik setelah nilai abnormal terdeteksi, dan fix point disaat DTC-flag diatur atau ditetapkan karena nilai abnormal yang terus menerus.
4. Active Control
Ini berguna untuk mengaktifkan actuators atau komponen pendukung sistem injeksi seperti relay, injector dan lain–lain.
“Untuk mencoba beberapa part. Misalkan cooling fan yang biasanya aktif di atas 100 C bisa kita nyalakan sebelum menyentuh suhu tersebut, untuk memastikan kalau menyala dan bekerja,” ujar Harsoyo sembari mempraktekkan.
5. Data Recorder
Fitur ini berfungsi untuk merekam nilai data dari berbagai sensor, actuator, dan lainnya yang dikendalikan oleh ECM secara real time selanjutnya data tersebut akan tersimpan di memory card yang tersedia pada SDS-II.
Data real time ini bisa digunakan untuk mencari tahu kerusakan yang terjadi dalam kondisi berkendara sesungguhnya. “Kalau ingin record data SDS-II harus disambungkan ke aki,” sahut Indra Kharisma selaku After Sales Service Export Import PT SIS.
Sebelumnya fitur ini sudah ada pada SDS versi sebelumnya, “Tapi ribet dan karena mekanik harus nenteng laptop sambil berkendara. Sekarang mekanik hanya perlu membawa SDS-II di dalam tas,” lanjut pria yang sebelumnya sebagai Technical Quality PT SIS ini.