Jakarta - Teringat akhir tahun 2011 silam, ketika PT Kia Mobil Indonesia (KMI) menghadirkan Rio sebagai hatchback pertama yang mendapat bantuan desain dari Peter Schreyer, sang eks-desainer Audi TT.
Desain mentereng dan harga termahal yang tak sampai Rp 190 jutaan ketika itu membuat kami dan pasar mudah saja jatuh cinta pada impresi pertama. Lima tahun kemudian, harga hampir Rp 250 juta dan fitur yang tak sebanding banyaknya membuat eksistensinya perlahan pudar.
Kini dengan generasi keempatnya, Kia Indonesia berencana membawa bring the old love back.
Ini, adalah First Impression Review dari All New Kia Rio di Indonesia.
Memandangnya dari depan, terlihat sama persis dengan unit flagship yang pertama Otomotifnet coba langsung di Lisbon, Portugal, beberapa bulan silam.
Semua penunjang yang membuat Rio terihat berkelas seperti lampu proyektor, DRL, foglamp, hingga lis krom di samping dipertahankan.
Pun masih ada beberapa elemen desain seperti gril Tiger Nose solid pipih melintang menyambungkan kedua lampu, bersama kap mesin lebih panjang membuat pesaing Hyundai i20 dan VW Polo ini terlihat lebih lebar dan dewasa. Tak ada kejutan desain, meski kesan ‘bulat’ dari generasi ketiganya berevolusi menjadi lebih tajam dari setiap sisinya.
Kami tidak akan membahas terlalu jauh soal apa menurut kami tentang desain baru Kia Rio ini. Bagi yang penasaran, bisa baca hasil First Impression Review kami dari All New Kia Rio di Lisbon, Portugal beberapa saat lalu.
(BACA JUGA: All New Kia Rio First Impression Review (Portugal))
(BACA JUGA: All New Kia Rio First Impression Review - Varian Bawah (Portugal))
Namun tentu, kami tahu perhatian pembaca pasti langsung tertuju ke pelek yang somehow terlihat sangat kecil. Yup, pelek 15 inci ini hanya digunakan varian entry level di Eropa dan sangat disayangkan pilihan Kia Indonesia jatuh pada model ini.
Juga untuk lampu belakang non-LED, padahal menurut kami satu-satunya penarik perhatian dari belakang ketika melihatnya langsung di Portugal adalah lampu LED-nya.
Kemudian, jangan mengekspektasi mesin canggih seperti 1.0 T-GDI atau 1.4 CRDi, karena KMI hanya memasukkan jantung 1.4 MPI dengan tenaga 98 dk dan torsi 132 Nm yang disambungkan ke transmisi otomatis 4-percepatan dan manual 6-percepatan.
Di dalam, juga lebih di-tone down karena penggunaan head unit terintegrasi standar dan climate control manual dengan bentuk yang terkesan biasa saja.
Tetap saja, Kia masih menyisakan beberapa senjata untuk kembali menumbuhkan kembali cinta lama seperti ketika pertama melihat Rio generasi sebelumnya dengan harga sangat terjangkau.
Contoh, lihat saja sunroof elektrik tersebut. Satu-satunya nih di kelasnya!
Sementara meski tidak ada bahan fancy seperti jok kulit atau door trim yang sama sekali tak kedapatan lapisan fabric, dasbor panjang berkelir abu-abu membuat interior tak terlihat membosankan. Juga karena panel piano black hadir di banyak tempat seperti ventilasi AC dan di bawah kontrol AC.
(BACA JUGA: All New Kia Rio (Portugal) Tersedia Dalam Tiga Pilihan Interior)
Tambahan juga, setir tilt dan telescopic tak dimiliki beberapa kompetitor.
Termasuk sandaran kepala dengan whiplash protection yang bisa diatur maju mundur. Belum lagi, lampu depan proyektor sudah otomatis dan masih ditambah kehadiran cornering lights, keduanya perdana di kelas ini.
Masih belum selesai, head unit yang belum berlayar sentuh tersebut ternyata sudah dilengkapi Bluetooth dan USB port dan AUX input yang bersembunyi di bawah, sehingga tidak membuat berantakan jika ingin menyambungkan kabel smartphone.
Oh iya, kini juga ada tombol pengaturan audio di setir plus tombol untuk menjawab telepon via Bluetooth.
Tak lupa bila dibandingkan generasi sebelumnya, ruang kabin kini terasa lebih lega baik di depan maupun belakang karena wheelbase memanjang 10 mm dari panjang keseluruhan yang bertambah 15 mm.
Posisi pengemudi juga meski rendah, namun tidak terasa tenggelam karena window line telah diturunkan.
Pertanyaannya, berapa harga Kia Rio anyar ini? Tunggu peluncurannya nanti siang di IIMS 2017 ya…
Editor | : | Fransiscus Rosano |
Sumber | : | OTOMOTIF |
KOMENTAR