Helm yang tidak rutin dibersihkan, berpotensi menghadirkan masalah bagi sang pemakai. Beberapa masalah yang timbul, yakni munculnya jerawat pada muka dan rambut berketombe.
Dari struktur bahannya, sudah pasti keringat akan segera menyerap ke bagian busa dan linen.
Pada perjalanan pagi hari, kepala akan berkeringat, kemudian sore hari keringat tersebut mengendap. Ketika hal tersebut terus berulang, maka endapan keringat bercampur dengan debu akan menetap di bagian dalam helm.
Bambang menilai, kepala yang mengalami panas, basah dan pengap saat memakai helm itu langsung menimbulkan efek penyakit yang disebut seboroik.
“Seboroik adalah penyakit kulit yang biasanya mengenai kulit kepala dan area tubuh yang berminyak. Seperti punggung, wajah, dahi, ketiak, pangkal paha, serta dada bagian atas. Pada kulit kepala, penyakit ini menyebabkan kulit berwarna merah, berketombe, dan bersisik," ujar dokter tiga anak ini.
Tak Perlu Sabun Khusus
Lembab dan bau akibat endapan keringat di lapisan dalam helm bisa mengundang bakteri bersarang. Bakteri tersebut bisa mengundang penyakit kulit di kepala.
"Untuk mencuci sebenarnya enggak perlu obat khusus, yang penting cuci dengan benar dan jemur. Untuk nyuci, mau pakai sabun yang ada antiseptiknya atau sabun lain ya boleh-boleh saja enggak masalah kok," ujar Bambang, dokter kelahiran Makassar tersebut.
Sementara itu, Windu Afriyanto selaku pemilik Laundry Helm, usaha jasa pencucian helm di Bekasi Timur mengaku untuk membunuh bakteri kuman yang bersarang pada helm kerap memakai obat cairan yang dijual kiloan.
"Kalau disini saya bersihinya pakai sabun yang berbentuk cair kiloan dan memakai beberapa obat-obat racikan dari saya sendiri yang mampu menghilangkan bakteri maupun bau secara menyeluruh jadi sudah dipastikan aman,” ujar pria paruh baya ini yang masih bertahan dengan bisnis pencucian helm sejak 2004 silam.
Pria berusia 63 tahun ini juga menyarankan untuk melakukan cuci helm satu bulan satu kali.