‘Sein ke kiri, tapi beloknya ke kanan. Kalo ketemu model begini kelar hidup lo’
Jakarta - Begitulah salah satu ungkapan meme yang menggambarkan perilaku berkendara para ‘emak-emak’ di media sosial. Mungkin karena banyak kaum hawa cenderung acuh dan terus diulang saat nyemplak motor, maka muncullah kritik sosial yang ditumpahkan dalam bentuk rekayasa gambar atau meme.
Harus Rileks
Lucu memang, tapi dari sudut pandang safety riding, hal ini semestinya bukan sebatas guyonan. Serta tak pantas rasanya dijadikan bahan bullying. Sebab menyangkut keselamatan orang banyak dan budaya berlalulintas.
Boleh jadi, ibu-ibu yang berkendara sembarang tersebut memang tengah menunaikan kewajibannya sehari-hari yang membutuhkan motor sebagai pendukung mobilitas mereka. Di sisi lain, ada istilah dalam sosiologi yang merujuk pada lemahnya kontrol sosial sehingga perilaku pelanggaran lalulintas menjadi hal lumrah.
Seperti diutarakan Prof. Dr. Paulus Wirutomo, MSc, Sosiolog dan guru besar Fisip Universitas Indonesia. “Istilahnya melakukan pelanggaran yang dilakukan secara bersama-sama. Kewibawaan hukum dipertanyakan, ketika kontrol sosial lemah serta aparat kurang tegas maka kegiatan melanggar norma dan hukum bakal terus tumbuh subur,” papar profesor di bidang sosiologi pendidikan dari State University of New York at Albany, USA, 1986.
Nah, jika hal ini terus dijadikan bahan olok-olok tanpa berupaya memberikan pemahaman, maka bukan tak mungkin akan menjadi budaya dan menjadi contoh bagi anak-anak kita. Cara penyampaian menjadi kunci komunikasi. “Agak susah memang masuk ke kalangan orang tua dengan karakter seperti itu. Jika diberitahu oleh orang yang usianya lebih muda justru takutnya salah paham. Maka langkah paling pas adalah memberikan pemahaman dengan visual,” terang Sony Susmana, instruktur Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI).
Analogi gampangnya, seperti memberikan tutorial melalui demo masak. “Mereka lebih senang ngobrol. Seperti halnya arisan yang santai. Karena beban pikiran ibu-ibu sudah cukup tinggi, dengan urusan rumah tangga. Jadi komunikasi yang santai dalam memberikan pemahaman safety riding lebih efektif dilakukan dengan rileks,” lanjut Sony.
Poin utama yang harus ditekankan adalah soal disiplin dan attitude berkendara. “Tata cara naik motor yang baik dan benar menjadi hal utama. Kalau belum terampil, ya jangan nekat naik motor. Kemudian pemahaman aturan lalulintas dan diakhiri dengan attitude berkendara,” imbuhnya.
Peran keluarga dalam hal ini Suami juga penting. “Suami sebagai kepala rumah tangga semestinya bertanggungjawab besar dalam memberikan pemahaman safety riding,” katanya lagi. Nah, jangan bully emak-emak lagi ya, mending beri pemahaman safety. • (otomotifnet.com)
Editor | : | Parwata |
KOMENTAR